Vinsensius Nurdin (SMAN 3 BORONG)
Sman3borong.sch.id-Penggalan ini patut diperhitungkan ceritakanlah masa lalu kepadaku, maka aku akan menceriterakan masa depan kepadamu. Ujaran penuh makna ini mengisyaratkan pentingnya berpikir dinamis dalam kerangka berkelanjutan. Perlunya menanamkan kosep bahwa kekiniaan adalah proses berkelanjutan dari sebelumnya. Ada rentetan peristiwa yang terus meninggalkan jejak yang sulit terhapuskan dan menjadi muasal dari apa yang ada saat ini. Di setiap jenjang peristiwa ada jejak yang meninggalkan kesan mendalam dan menjadi cikal bakal kebaruan pada saat ini. Paradigma non novum sub sole/tidak ada yang baru di bawah kolong langit kiranya bukanlah isapan jempol belaka, mengingat berbagai hal yang kita alamai saat ini adalah bagian dari keberlanjutan dari suatu proses yang berkelanjutan. Kenyataan yang kita alami, kita rasakan adalah barisan menjejal dari tali panjang yang tidak berujung. Kita menemukan ada-ada saja hal baru, tetapi dalam pengertian penataan atau rekonstruksi dari sesuatu yang sudah ada. Materinya sama tetapi dengan metode formasi yang berbeda. Ada cara pendekatan yang dianggap mumpuni dan dilihat sebagai strategi jitu dalam mentradisikan nilai hidup atau kebijaksanaan hidup sehingga dapat terus mengedepankan niat mulia manusia sebagai makhluk rasional yang beradab. Akan ada banyak cara mendeskripsikan idealisme makhluk manusia yang sudah semestinya ditetaskan melalui proses pemberdayaan dalam lembaga pendidikan.
Dalam sejarah pemberdayaan yang berproses dalam lembaga pendidikan, kita temui beberapa hal yang menyodorkan beberapa tuntutan yang mesti dijalankan. Dinamika tuntutan yang ada dalam lembaga pendidikan harus diakui sebagai salah satu bagian dari usaha sadar manusia demi mendekatkan diri pada cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi salah satu tujuan berdirinya NKRI. Berbagai trik, metode, langkah, apapun itu namanya menjadi dapat dipahami ketika kita membuka tabirnya dalam skop besar mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan yang beroperasi demi memberdayakan manusia berkecimpung di seputaran kenyataan ini yakni memanusiakan manusia. Term memanusiakan manusia mejadi landasan akademik pada mana diskursus tentang manusia berpendidikan tidak pernah mengenal kata akhir. Terobosan demi terobosan dilakukan untuk bertolak lebih ke dalam, bertolak lebih jauh dari sesuatu yang tampak secara fisik biasa-biasa saja. Legitimasi keberadaan lembaga pendiddikan sebagai wahana humanisme ilmiah terus digalakkan mengingat urgensinya yang tidak pernah lekang oleh waktu, tidak pernah terkungkung dalam salah satu zona saja. Di setiap lini kehidupan, nuansa pendidikan sebagai suatu proses pemberdayaan manusia terasa bagai nafas kehidupan. Kehadiran lembaga pendidikan pada mana proses pemberdayaan manusia terjadi sebagaimana sempat terekam semenjak aksara ditemukan terus diorganisisr sedemikian rupa sehingga ada semacam paket tertentu yang menjadi panduan. Formulasi pemberdayaan dengan bantuan aksara dan akhirnya dipatenkan melalui management pendidikan seperti sekarang ini menguatkan diskursus kita akan usaha pengentasan masal manusia demi memertanggungjawabkan keberadaannya di atas planet ini.
PMP
Pendidikan Indonesia yang mengasalkan pembentukannya pada karakter kebangsaan telah coba diterjemahkan dalam berbagai bentuk dari satu sumber yang sama yakni Pancasila. Semua proses yang ada yang bertautan dengan proses pembentukan manusia Indonesia harus berhubungan dengan nilai-nilai universal dalam skop NKRI. Pengakuan akan keberlakuan nilai-nilai Pancasila sebagai kulminasi kebijaksanaan para sesepuh bangsa telah dinterpretasi dalam berbagai bentuk kegiatan, dalam berbagai bentuk diskursus. Semua usaha ini menjadi sarana yang dianggap ampuh menjembatani kebhinekaan manusia dengan inti pati nilai arkaik Pancasila. Ke lima sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan paham yang saling mengandaikan adanya. Moralitas manusia Indonesia pernah digalakkan secara massif melalui penggalian nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dengan konsep pembelajaran yang terorganisir pernah mendapat tempat istimewah di relung peradaban manusia Indonesia melalui Pendidikan Moral Pancasila. Isi dan penamaan dalam konsep PMP melansir dinamika peradaban manusia dalam kanzanah perubahan zaman. Ada nilai-nilai tertentu yang menjadi kekhasan ke-Indonesia- dan itu digali melalui Pancasila sebagai marwah bangsa. Penjabaran nilai-nilai pancasilais dalam traktat-traktat akademis memberi kita wadah untuk menerjemahkannya secara konsekuen dalam kehidupan nyata setiap hari. Akumulasi[1] dan Indoktrinasi[2] melalui penanaman nilai-nilai Pancasila yang sangat telaten dilakukan melalui program pembelajaran sekolah patut dijadikan bahan permenungan. Biasanya untuk memecahkan keheningan karena terbungkus dalam bungkeman massa semisal tuduhan adanya intrik kepentingan sektarian adalah mencoba menelusirinya melalui penyelidikan sosial. Seberapa jauh dampaknya bagi perubahan manusia Indonesia pada umumnya. Saya mengatakan hal ini karena biasanya ada tuduhan di balik pemberlakuan PMP di sekolah pada masa lalu sebagai perpanjangtanganan kepentingan penguasa yang berdaulat pada saat itu. PMP adalah sarana yang melanggengkan kekuasaan penguasa. Ada retorika yang sengaja tercipta dalam penerjemahan nilai-nilai Pancasila yang berfungsi mengafirmasi tindakan penguasa saat itu meskipun katanya secara terang melanggar hak-hak dasar manusia. Perlu penyelidikan saksama pada mana pergulatan ini diulas secara tajam.
P4 (PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA)
Generasi 70-80-an sangat kental dengan ulasan pelajaran sekolah melalui frase Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Beberapa bentuk penjabaran dari P4 ini adalah pengkristalan nilai-nilai pancasila yang harus dijalankan dalam kehidupan setiap hari. Para pelajar angkatan P4 memiliki kewajiban akademis untuk menjadikan butir-butirnya tersusun rapih dalam rak hafalan. Litani P4 yang terus terakumulasi dalam rumusan pelajaran Pancasila diyakini mampu mengendap ke dalam jiwa anak-anak bangsa sehingga benar-benar menjadi pedoman arah dalam kehidupan. [3]Di aras budaya P4 mencuatlah ke permukaan paling kurang nilai-nilai Pancasila yang coba digali dari kelima sila dan terus dipecahkan dalam fragmen-fragmen yang setiap silanya menunjuk kepada nilai dasarnya dalam 36 ayat penjabaran. Dinamika P4 yang adalah artikulasi dalam bentuk aksi nyata yang harus dijalankan dalam kehidupan terus menunjukan perannya yang tidak tergantikan tatkala dihubungan dengan pertanyaan mendasar tentang peran Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Di zaman kita saat ini, ketika pelantun P4[4] mulai bernostalgia dan sedikit mengampanyekan urgensinya bagi mereka di zaman itu, kadang kita menutup pintu sama sekali dan menganggap remeh terhadap keberadaannya. Kalau digali secara detail kita akan menemukan nilai-nilai yang sekarang mulai dihidupkan kembali dalam bahasa yang berbeda, tetapi dengan satu tujuan yang sama. Penggalian nilai-nilai Pancasila sejak awal dalam beberapa traktat akademis menjadi dapat dipahami tatkala kita semakin tergerus dan terlindas budaya global saat ini. Apa yang menjadi pedoman kita dalam mengarahkan pandangan hidup. Apa yang menjadi pegangan kita tatkala sekrup zaman tidak dapat lagi menampung beban yang terlampau banyak untuk diangkut dalam perbendaharaan kita. Benarlah kata orang bahwa kita akan berlari cepat ketika kita merasa tersesat. Inilah nuansa kita. Inilah wahana pada mana semua penghuni NKRI berlomba menunjukan keunikannya di tengah lautan manusia pada umumnya. Ada karakteristik yang langsung dapat dikenali ketika kita berhadapan dengan suatu situasi tertentu. Ada semacam pembawaan diri yang seolah terorganisir karena pedoman kita adalah Pancasila yang menjadi rahim pada mana semua kita terbentuk. Pemikiran seperti ini terus menjejal pengagum P4 dan menjadi begitu yakin akan aktualitasnya dalam kehidupan. Eka prasetia panca karsa benar-benar telah berada dalam rentang sejarah peradaban bangsa sedemikian rupa sehingga keberlakuannya dianggap merepresentasi nilai kebijaksanaan idiologi bangsa. Penelusuran terkait hal ini banyak ditututurkan secara fasih oleh pewaris P4 hingga saat ini. Mengakui prestasi-prestasi masa lalu mengirimkan sebuah pesan harapan dan tanggung jawab, mendorong kita melakukan upaya-upaya yang lebih besar lagi pada masa mendatang.[5]
P5 (PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA)[6]
Dalam khazanah kurikulum dengan dinamikanya yang terus menggeliat seperti sekarang ini, penampang yang bagi sebagaian orang hanyalah nama telah menyiratkan berbagai usaha dalam beberapa cara yang mengedepankan metode atau cara tetapi tetap berlandaskan pada hal yang ada dan menjadi marwah dalam kebersamaan. Seperti sekarang ini kita akhirnya berkenalan dengan istilah baru dalam perubahan orientasi pendidikan kita. Kesadaran akan kenyataan ini harus terbiasa dalam perbendaharaan kita, sehingga jangan sampai menguncang konsep dasar kita dalam pemberdayaan manusia melalui pendidikan. Pendidikan kita telah menorehkan sejarah panjang dan tekanannya di sini adalah pada perubahan dan pergantian kurikulum pendidikan.[7] Kurkulum yang terus berubah sesuai dinamika zaman seperti yang kita semua alami sekarang ini mengandaikan orientasi dasar akan adanya usaha setiap orang di negara ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang secara tekstual sangat mudah diulang, tetapi tuntutan praktis menyangkut kehidupan nyata setiap hari, berhubungan langsung dengan pencapaian pemberdayaan manusia yang manusiawi. Banyak hal yang dilakukan sebagai bagaian dari tuntutan ini. Ada banyak aksi yang dilakukan dalam proses pemberdayaan yang mengetengahkan niat baik setiap pribadi dalam proses pemberdayaan ini. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah bagaimana proses penyampaian pengetahuan dalam kelas yang membangkitkan gairah peserta didik sehingga nyata benar urgensinya untuk kehidupan. Praktek baik yang digemakan dalam arus pendidikan sekarang ini telah menjadikan arena sekolah sebagai wahana bertumbuh dan berkembang menuju manusia yang manusiawi. Praktek baik dalam setiap segi pendekatan telah dialami sebagai caranya manusia memertanggungjawabkan adanya sebagai makhluk merdeka dan dalam ranah kemerdekaan ini kita memerdekakan diri sehingga menjadi makhluk merdeka yang sesungguhnya. Akumulasi dan indoktrinasi dalam proses pendidikan tidak memiliki ruang sama sekali dalam kazanah penmberdayaan manusia. Kita terus bergerak untuk menunjukan dengan pasti hakekat kita sebagai makhluk yang merdeka. Sekolah penggerak dalam sampul kurikulum merdeka sedikit demi sedikit dipahami ketika keseluruhan proses pemberdayaan ditunjuk melalui tahap-tahap sebagaimana praktek baik itu dilakukan. Interpretasi penjabaran penguatan profil pelajar Pancasila melalui praktek baik dalam pembelajaran hari ini adalah kerangka dasar pada mana pemberdayaan manusia bukanlah sekadar retorika belaka. Tidak sekadar bunyi ujaran, tetapi masuk sampai kepada lika-liku kehidupan anak-anak bangsa. Pendidikan kita harus mampu menggerakan anak bangsa sehingga dapat dijadikan pedoman dalam menata kehidupan.
Tuntutan penjabaran profil pelajar Pancasila mengemban tugas yang luar biasa dan disinyalir mampu menjembatani tugas akumulasi ilmu pengetahuan dan tugas kehidupan setiap hari. Segala sesuatu yang ada harus sungguh dijiwai oleh semangat manusia Indonesia yang Pancasilais. Dalam kenyataan yang lebih dalam terutama berdasar penelusuran sesuai perintah kurikulum merdeka dalam kerangka sekolah penggerak ditemukan adanya relasi dan korelasi antara penekanan konseptual dan realitas yang mesti seimbang dalam diri seorang peserta didik. Pelajaran-pelajaran sekolah sesuai dengan dinamika kurikulum sekarang ini menghendaki dan sangat menganjurkan out put pendidikan kita yang berakar pada pemberdayaan manusia dalam pengertian yang sebenarnya. Konsep memberdayakan dalam dan melalui proses pendidikan sebagaimana ditekankan oleh kurikulum sekarang ini mengetengahkan dan menghadirkan potensi manusia Indonesia dan teraktualisir dalam kehidupan setiap hari. Proyek penguatan profil pelajar Pancasila dengan penekanan pada aksi nyata, menunjuk langsung kepada kehidupan manusia sendiri dalam kehidupan setiap hari. Akan sangat sulit disandingkan pernyataan aktivitas sekolahan demi ilmu pengetahuan itu sendiri dengan orientasi baru pemberdayaan manusia yang manusiawi. Ada kesenjangan yang pasti antara usaha mengumpulkan pengetahuan yang mudah dilacak melalui rentang nilai tertentu dan usaha mengumpulkan praktek kehidupan yang dapat langsung disentuh manusia. Penguatan profil pelajar Pancasila melalui proyek besar pemberdayaan potensi-potensi manusia Indonesia akan teraktualisasi dalam beberapa kegiatan nyata para peserta didik dalam menghidupi kehidupannya setiap hari. Ada penekanan yang lebih diutamakan pada bagaimana peserta didik memberdayakan kehidupannya setiap hari tetapi tetap terinspirasi dari nilai-nilai luhur Pancasila. Keluhuran nilai Pancasila diyakini mampu menjembatani keanekaragaman manusia Indonesia sebagaimana secara tersurat dalam profil pelajar Pancasila dengan penekanan pada kesadaran akan adanya kebhinekaan global.
PENATARAN DAN PROJEK——-PANCASILA
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menggambarkan betapa suatu konsep mampu menjadi jembatan penghubung kehendak orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Akan ada banyak metode yang dibuat demi menjelaskan urgensi dari sesuatu. Salah satu di antaranya adalah istilah-istilah tekhnis yang dibuat untuk merepresentasi keberadaan suatu paham tertentu. Saya memberi penekanan akan hal ini, karena setelah ditimang-timang khususnya antara P4 dari kurikulum orde baru dan P5 dari kurikulum merdeka. Bagi saya peristilahan yang digunakan di seputaran penanaman nilai Pancasila demi pemberdayaan anak-anak bangsa melalui proses pendidikan adalah demi tercapainya manusia Indonesia yang ditempa dengan menjadikan Pancasila sebagai kerangka dasar pembentukannya. Manusia Indonesia yang pancasilais diharapkan mampu menjembatani keunikan kita sebagai bangsa dan keistimewahan kita sebagai manusia yang menyejarah melalui berbagai peradaban yang kita bentuk dari waktu ke waktu.
Dalam bingkai P4 ditemukan istilah tekhnis salah satunya yakni PENATARAN. Kata ini menjadi password umum pada mana semua pelaksana P4 masa itu terbiasa dengan bias yang ditimbulkannya dan menunjuk kepada kegigihan untuk mendalami dan menghidupinya dalam kehidupan setiap hari. Demikian pun kalau kita sandingkan dengan kurikulum merdeka sekarang ini. Ada banyak istilah baru yang diterapkan untuk menunjuk pada nilai yang harus digali dan satu diantaranya melalui kata PROJEK. Secara kasat mata kata ini dapat diterapkan pada kegigihan kita melaksanakan amanah profil pelajar Pancasila yang mencakup dan meliput 6 dimensi.
Baik penataran maupun projek adalah peristilahan yang dengan sadar digunakan demi menggapai apa yang ingin diidelakan. Pancasila sebagai landasan idiil dan jati diri bangsa Indonesia[8] telah diinterpretasikan dengan beberapa cara yang dapat dilakukan demi terselenggaranya manusia Indonesia yang unik dan istimewah. Berbagai konsep yang menunjuk secara langsung kepada tingkah laku yang sejalan denagn amanat Pancasila khususnya dalam pemberdayaan manusia melalui pendidikan terus menerus dilakukan sehingga marwah pendidikan kita tepat menyasar peri hidup manusia Indonesia pada umumnya. Praktek baik dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila di sekolah saat ini adalah bagian dari caranya proses pemberdayaan kita menyentuh secara langsung kebutuhan dasar manusia terutama dalam menata totalitas dirinya. Reformasi pemberdayaan manusia yang disistematisir melalui kurikulum sekolah melalui beraneka metode pendekatan menjadi mungkin dilaksanakan ketika praktek baik menjadi dalang dari penemuan jati diri manusia Indonesia yang sesungguhnya.
MODIFIKASI PELAJARAN KELAS YANG MENGASYIKAN-Implementasi Praktek baik dalam projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SMAN 3 BORONG.
Semenjak nuansa sekolah penggerak dalam kurikulum merdeka dijalankan di lembaga pendidikan SMAN 3 BORONG, ada begitu banyak metode pendekatan yang ditawarkan dan semuanya berbasis pada bagaimana menjadikan peserta didik rekan dalam menelusuri pengetahuan yang memanusiakan manusia. Hal ini terbukti jelas dengan minat dan atensi peserta didik di SMAN 3 BORONG yang setiap harinya selalu berusaha dalam perlombaan yang menggairahkaan, memodifikasi suasana pembelajaran di kelas sedemikian rupa sehingga terlaksana komitmen utama pendidikan yang memerdekakan. Slogan merdeka dalam kurkulum sekarang sangat memerhatikan kepentingan peserta didik sebagai subjek yang sadar dan mampu menciptakan suasana ilmiah tetapi dengan landasan kuat dalam kemerdekaan belajar. Indoktrinasi dan akumulasi ilmu pengetahuan tidaklah menjadi kunci utama pendidikan dalam orientasi kurikulum saat ini. Ada banyak cara pendekatan yang dilakukan. Konsentrasi utama peserta didik dalam pengembangan profil pelajar Pancasila ditemukan dalam caranya memeroleh pengetahuan yang tidak melulu didiktekan oleh guru tetapi dapat pula ditelusuri melalui media-media yang tersedia dan selalu termediasikan dalam praktek lapangan.
Salah satu hal yang bagi kami di SMAN 3 BORONG menjadi lahan terlaksananya P5 adalah pengelolaan lahan tandus menjadi lahan pertanian organaik. Term ilmiah bidang pertanian seperti intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi[9] pertanian nyata benar dalam caranya peserta didik di SMAN 3 BORONG memodifikasi lahan pertanian yang ada sedemikian rupa sehingga nyata benar hasilnya. Dengan praktek baik ini, peserta didik yang dituntun ke lahan kehidupan semakin mungkin sadar bahwasannya pemberdayaan manusia melalui pendidikan ditempuh dengan memberdayakan lingkungan tempat kita tinggal sehingga efektif dan efisein untuk melangsungkan kehidupan. P5 sebagai salah satu implementasi unggulan sekolah penggerak sebagaimana dipraktekkan di SMAN 3 BORONG dalam beberapa bentuk kegiatan praktis di luar lingkungan kelas adalah pengejawantahan dari pendekatan ilmiah manusia yang memberdayakan potensi-potensi manusia.
Sekolah penggerak yang menggerakkan potensi anak-anak bangsa memiliki komitmen mulia demi pemberdayaan manusia Indoneisa. Untuk maksud itu, lembaga pendidikan SMAN 3 BORONG di bawah komando Kepala Sekolah Bpk. Konstantinus Everson Rada, S.Psi telah menjangkarkan berbagai cara demi menanamkan keyakinan kepada peserta didik akan urgensitas dari P5. Pada level yang lebih dalam telah dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait secara langsung dengan visi P5 yang dimaksud. Sebagai contoh dalam pengelolaan lahan kering menjadi lahan subur untuk tanaman pertanian, lembaga SMAN 3 BORONG bekerja sama denga Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Manggarai Timur mengadakan beberapa sosialisasi terkait hal yang dimaksud. Inilah usaha P5 yang semakin mungkin menyandarkan kemampuan peserta didik pada kenyataan hidup setiap hari. Usaha kerja sama dengan pihak terkait memberi kemungkinan akan semakin terselenggaranya profil pelajar Pancasila sebagaimana yang digarisbawahi oleh kurikulum sekarang ini. Presetasi capaian hasil belajar dengan takaran 40/60 juga menjadi atensi yang memberi kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan yang memadai. Pengetahuan 40% dan praktek lapangan 60%. Harapan besar dari cara kerja dengan takaran prosentase seperti ini memberi ruang yang luas bagi peserta didik untuk semakin mengenal dirinnya dan dengan demikian semakin menyadaro potensinya sendiri sehingga dapat dikembangkan dalam kehidupan setiap hari. Cakupan makna “dapat dikembangkan”berarti dapat menjadikan potensinya berdaya guna menunjang kehidupan.
[1] Kata akumulasi dalam hubungan dengan pendidikan menunjukan adanya kenyataan pada mana seorang pendidik atau guru secara terus menerus mengajarkan ilmu tertentu kepada peserta didik tanpa memerhatikan keseluruhan aspek sebagaimana hakekat dan tujuan pendidikan itu sendiri. Aspek intelektual sedemikian dimutlakkan sehingga nampanya aspek-aspek lain terabaikan seperti aspek pembentukan pribadi, relasi manusiawi, aspek kreativitas dan bakat, aspek kerohanian dan lain sebagainya.
[2] Kata indoktrinasi berarti suatu sistem mengajar yang nampaknya diberikan secara paksa tanpa memerhatikan dan memerhitungkan segi kebebasan dan daya kreativitas yang muncul dari dalam diri peserta didik.
[3] Pemberlakuan P4 disahkan pemerinatah melalui ketetapan MPR NO.II/MPR/1978 tentang Eka Prasetya Pancakarsa.
[4] Karena ekaprasetya panca karsa atau P4 dinilai berada dalam jaringan politik dan dianggap sebagai perangkap demi langengnya kekuasaan orde baru, maka pemerintah mencabut keberlakuannya melalui ketatapan MPR NO.XVIII/MPR/1998. Tidak puas dengan ketetapan ini, maka perlu ditambahkan bahwa ketetpan MPR jenis ini tergolong ke dalam ketetpan yang sifatnya final atau selesai dilaksanakan menurut ketetapan MPR NO.1/MPR/2003
[5] Yuval Noah Harari, Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia, Ciputat: PT. Pustaka Alvabet, 2018, hal. 22
[6] Dalam menjabarkan P5 ini ditemukan beberapa dimensi yakni Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan beraklak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis dan kreatif.
[7] Seperti yang kita ketahui, sejarah panjang pemberdayaan manusia Indonesia disistematisir melalui pembentukan kurikulum pendidikan. Dalam sejarah ditemukan sejak tahun 1945 hingga saat ini sudah pernah ada beberapa kurikulum. Di zaman orde lama ada tiga kurikulum: tahun 1947, tahun 1952 dan tahun 1964. Di zaman Orde Baru ada empat kurikulum: tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984 dan tahun 1994. Pada masa reformasi lahir tiga kurikulum: tahun 2004, tahun 2006 dan tahun 2013. Pada masa pasca reformasi lahir kurikulum merdeka.
[8] Bdk. Prof. Dr. Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma,2016, hal.111-120.
[9] Intensifikasi pertanian berarti pemanfaatan lahan yang sempit dengan hasil yang berlimpah. Ektensifikasi pertanian berarti pemanfaatan lahan pertanian yang luas demi hasil yang memuaskan. Diversifikasi pertanian berarti keanekaragaman tanaman pertanian dengan tetap mengutamakan hasil yang memuaskan melalui pengelolaan yang efektif.
Tinggalkan Komentar