KEKITAAN: ANTARA ANAMNESIS DAN AMNESIA

Mengkritisi Berbagai Fakta Bunuh diri

oleh Vinsensius Nurdin

Para pembaca yang budiman. Saya akan memasukan kembali tilisan ini ke website sman 3 borong, yang pernah dimuat di majalah harian pos kupang rabu 9 Agustus 2017

Sman3borong.sch.id-Pergulatan hidup tidak pernah memerhitungkan kesiapan manusia untuk menghadapinya. Hidup menjadi perlombaan kewaspadaan manusia untuk melangkah maju sembari menenteng bendera kemenangan atau menutup muka sembari melambaikan tangan tanda menyerah. Berbagai cara hidup dari usaha memeroleh penghidupan dalam kesederhanaan hingga kepada yang paling kompleks bertautan dengan seberapa kuat atau lemahnya kita menempatkan orientasi sebagai tujuan yang ingin digapai.

Secara metafisis, cara berada manusia akan menentukan cara bertindaknya. Cara berada manusia demi tetap bertahan ditentukan seberapa berkualitasnya dia menghidupi kehidupan. Adagium klasik Yunani Kuno “hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi”sampai kepada kembaran pengertian resiprokal ilmu pengetahuan dalam literasi Primum vivere deinde philosophare[hudup dahulu baru dapat berfilsafat/berkebijaksanaan] atau philosophare deinde vivere[berfilsafat dahulu baru dapat hidup] adalah bagian kecil horoskop kehidupan yang tanpa disadari terjaring dalam penjangkaran manusia dan lingkungannya yang terus memertanyakan identitas dirinya. Refleksi untuk dapat memiliki kebijaksanaan sehingga dapat hidup secara layak dan bermartabat dan atau karena memiliki kebijaksanaan sehingga dapat menentukan cara hidup.

Semua uraian tentang manusia berujung kepada usaha sadar manusia memahami diri sendiri dan lingkungannya. Akan tetapi, tetap ada celah yang sengaja dibuat manusia dengan menarik garis batas antara apa yang ada dalam kesejatian hidup yang digesek dalih privatissme ke ruang keegoisan yang individualistis. Manusia yang dibentuk dari budayanya sendiri semakin lama diganti oleh budaya alien yang kelihatannya dipaksakan karena terlebur dalam keseragaman sosial tertentu. Konsep latah sosial dari psikologi sosial menjadi afirmasi yang cukup memberi pertimbangan akan hal ini. Tingkat kesejatian hidup manusia yang sudah lama diapik oleh para pendahulu hanya menjadi bahan ajaran sekolahan yang berhenti pada hafalan untuk memeroleh nilai plus atau minus. Kesejatian manusia dalam budayanya jauh dari kesadaran dalam pola anamnesis. Term anamnesis dalam pengertian leksikal Yunani merujuk kepada peringatan akan sesuatu yang membuat subjek yang mengingat masuk ke dalam objek ingatan itu dan menjadi terlebur di dalamnya. Anamnesis menjadi penting untuk digalakkan karena banyak manusia zaman kita yang telah melupakan nilai kebijaksanaan para pendahulu dan karenanya mudah terhempas dalam arus zaman. Kelupaan massal di zaman kita akan penghargaan terhadap hudup menjadi pemicu munculnya berbagai problematika kehidupan yang tidak logis misalnya peristiwa bunuh diri.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah banyak membantu hidup manusia. Dengan kemajuan ini pula, banyak permasalahan mansuia dalam kesehariannya dipertontonkan atau diperdengarkan kepada khalayak ramai dan menuai perbincangan bervariatif. Media memberi citra tersendiri dalam berbagai pemberitaan yang menonjolkan problematika manusia dari yang paling mulia sampai yang tidak masuk akal. Semua ini adalah dinamika hitam dan putih kehidupan manusia. sorotan dalam hubungan dengan hal ini adalah manusia yang menemui jalan buntu dengan mengakhiri hidupnya sendiri dan orang lain dalam peristiwa pembunuhan. Jalan pintas ini adalah bagian dari menyusutnya unsur kekitaan dalam bentuk kealpaan beranamnesis.

pengenangan akan budaya sendiri akan sangat membantu manusia tetap tegar dalam setiap problematika kehidupan. kelalaian akan pengenangan budaya sendiri bermuara kepada anemia kronis. Penyakit lupa akan budaya yang menghargai kehidupan diganti dengan suatu budaya alien yang menggerogoti manusia sendiri dan teralienasi dengan dirinya sendiri. setiap permasalahan hidup yang terberat sekalipun pasti membawa berkah tertentu. Richard Bach dalam bukunya “lllusions”menandaskan apa yang menjadi keyakinan banyak orang bahwa setiap masalah dalam hidup kita pasti memiliki hikmah. Dalam nada yang sama, M. Scott Peck, psikolog Amerika dalam bukunya yang terkenal “The Road Less Trevelld“mengarisbawahi kenyataan bahwa hidup adalah rangkaian masalah, akan tetapi, masalah bisa menimbulkan kebijaksanaan dan keberanian. Bagi M.Scott Peck, semakin seringnya mansia menghadapi masalah dan mengatasinya, maka ia akan semakin bijak dan berani menghadapi realita fana hidup ini.

Anamnesis sebagai bentuk tindakan preventif dan kuratif terhadap berbagai problematika amnesia kronis kemanusiaan akan jati dirinya sebagai manusia akan memiliki titik nadir kepada penghargaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain sebagai anugerah yang tidak tergantikan. Berbagai budaya manusia dalam bentuk yang bervariataif memberi penegasan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah boleh diobjekkan. Peristiwa bunuh diri menjadi suatu problematika perendahan martabat manusia dan secara perlahan manusia telah menukar kemuliaan dirinya demi menemukan jalan keluar. Bunuh diri sebagai fenomena sosial kekitaan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir telah memorakporandakan keluhuran nilai budaya manusia. Anamnesis yang saya tawarkan di sini adalah Bentuk pengingkarnasian nilai budaya manusia yang memberi penghargaan kepada kehidupan. Anamnesis juga mengacu kepada perketatan nilai sosial sehingga permasalahan hidup setiap individu tidak harus ditanggung dalam kesendirian. Anamnesis menghidupkan kembali nilai budaya leluhur, nilai sosial dalam bentuk sikap empati terhadap sesama. Merasakan masalah orang lain demi secara bersama menemukan jalan keluar yang terbaik adalah cita-cita dasar dari pola hidup beranamnesis. Itulah keberhasilan terbesar budaya manusia di masa lampau yang harus kita gali dalam bentuk anamnesis. Lembaga-lembaga, seperti agama, pendidikan, pemerintah dan adat menjadi instrument terdepan menggalakan penyadaran akan nilai-nilai kemanusiaan dalam bentuk kebijaksanaan asali yang digali dari masa lampau dalam rumusan tertentu. Banyaknya fakta bunuh diri sebenarnya menjadi tamparan telak bagi lembaga-lembaga ini untuk menemukan cara yang lebih ampuh menempa karakter kemanusiaan pada umumnya.

Problematika kehidupan yang berujung kepada berbagai kegetiran yang memuncak dalam kebuntuan [bunuh diri] menjadi salah satu tanda menyusutnya rasa sebagai makhluk yang berbudaya. Kontrol sosial sebagai pola laku kekitaan tersumbat oleh derasnya arus global materialisme. Kualitas manusia diukur dari seberapa besar ia memeroleh banyak materi dan dengannya prestise individu teridentifikasi dengan harta benda yang dimiliki. Tempora Mutatur et Nos Mutamur In Illis, waktu berubah dan kitapun berubah didalamnya, menjadi tameng untuk sedikit menepis gugatan yang ditunjukkan kepada perubahan zaman. Ketika manusia menjadi objek perubahan dan dengannya memberi label kepada kemuliaan dirinya dengan zaman tanpa ada usaha memberi nilai terhadap zaman dalam kualitas diri, pasti berujung kepada berbagai kebuntuan cara berpikir dan bertindak. Bunuh diri menjadi suatu bentuk tindakan manusia yang dalam skop teologi, manusia adalah citra Allah dan dengannya melakukan tindakan dosa dengan melenyapkan hidup yang dipercayakan Sang Pencipta. Memberi arti dan memberdayakan kehidupan adalah bagian dari tanggung jawab adanya manusia. Penyair pada era Yunani Kuno pernah menulis Carpe Diem/petiklah hari/nikmati saja hari ini, karena kehidupan yang penuh arti adalah drama eksistensi yang memikat dan memesona. Memberi arti terhadap kehidupan dengan salah satunya tidak menyia-nyiakannya dalam peristiwa bunuh diri adalah bagian dari tanggung jawab eksistensial dan esensial manusia. Eksistensi dan esensi manusia terbukti dengan mengalahkan nafsu animalitas dalam dirinya dan memenangkan unsur rasionalitas yang seirama dengan kekuatan hati nurani