Vinsensius nurdin
Sman3borong.sch.id-Ada banyak kejadian yang kita alami dalam kehidupan setiap hari. Di antara sekian kejadian yang terus berjejal itu, dapatlah teridentifikasi yang mana yang menjadi kejanggalan sebagai konsekuensi dari status kita sebagai makhluk ontologis/metafisis, makluk moral dan makluk fisik. Uraian tentang kejanggalan ini dalam tradisi filsafat sebagaimana diuraikan Leibniz dan Immanuel Kant dinamakan malum/keburukan. Dengan sengaja saya memelintirnya dengan istilah kejanggalan karena ingin mengurainya dari kerangka yang lebih dinamis terutama dalam perambahan dunia kehidupan kekinian. Kejanggalan metafisika pada manusia terkondisi oleh statusnya sebagai makhluk terbatas yang harus memiliki batas waktu tertentu untuk hidup, makhluk dunia yang dapat melakukan kekeliruan atau kesalahan (dosa). humanum est errare. Menghindar dari kenyataan metafisis ini bertarti melabelkan diri bukan sebagai makhluk manusia. Kejanggalan metafisik sungguh tidak dapat dihindari karena tercipta Bersama adanya manusia. Menjadi manusia dalam tataran metafisika berarti harus mengakhiri keberadaanya di dunia dalam waktu tertentu, harus melakukan kekeliruan dan kesalahan(dosa). Tampang metafisis ini sekaligus menegasi manusia sempurna.
Kejanggalan moral bertautan dengan hukum/ketetapan moral. Misalnya perintah moral paling dasar menurut Thomas Aquinas : Bonum est faciendum et prosequendum et malum vitandum/ lakukan yang baik dan bermanfaat dan hindari yang buruk. Kejanggalan moral muncul ketika apa yang disepakati sebagai baik dan benar serta dapat mengatur hidup setiap orang dalam kebersamaan dilanggar. Hukum sebagai kekuatan yang mengikat baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dibuat manusia demi kelanggengan hidup. Terjadi kejanggalan ketika apa yang sudah matang dalam bentuk hukum atau peraturan dimentahkan secara sepihak demi kepentingan tertentu. Kejanggalan fisik berurusan dengan sesuatu yang sifatnya alamiah dan dalam arti sebenarnya ditimpakan alam kepada manusia misalnya berbagai bencana alam, sakit penyakit araupun kecacatan fisik. Kejanggalan fisik dalam beberapa diskursus harus bersentuhan dengan beberapa perimbangan yang melihat bahwa kejanggalan model ini juga melibatkan campur tangan manusia sehingga dapat tergolong kejanggalan ganda. Bencana alam misalnya terjadi bukan saja kemauan alam an sich tetapi ada keterlibatan manusia serakah yang merusak alam atau juga sakit penyakit bukan saja an sich dalam keberadaannya tetapi juga pola hidup manusia yang mendatangkan sakit penyakit.
Dari uraian di atas, terkuaklah beberapa dinamika kehidupan baik dalam tataran perorangan,kelompok/komunitas,maupun dalam skema yang lebih luas/bangsa dan negara. Ada beberapa situasi yang bagi kita membutuhkan pertimbangan dalam menerjemahkannya. Pertimbangan demi pertimbangan akan menghantar kita secara tidak langsung kepada beberapa rumusan pertanyaan retorik dan dapat menuntun kita dalam pengandaian-pengandaian tertentu. Formulasi pertanyaan retorik yang kadang menggelitik dan beberapa pengandaian adalah buraman menuju jawaban yang benar.
Kebijakan yang terlahir dalam bentuk peraturan pasti membutuhkan penelaahan epistemis atau ketelitian berpikir. Penelaahan epistemis atau ketelitian berpikir yang memperhitungkan asas kemanfaatan semakin banyak orang menjadi kerangka acuan sehingga link and match. Prinsip ini (link and match) bagai satu koin mata uang yang saling mengandaikan. Dalam menerapkan suatu program, prinsip link berarti berhubungan dengan situasi katakana kemendesakan tertentu dan prinsip match berarti kecocokan dengan situasi/orang sebagai sasaran program.
Dalam skema bangsa dan negara, pemerintah harus dengan teliti menerapkan prinsip link and match dalam setiap kebijakannya. Program pelayanan satu pintu yang didenggungkan saat awal pemerintahan Jokowi dalam orasi politiknya terus mengikateratkan keapikan cara dan metode untuk kepentingan semakin banyak orang di semua lini kepemerintahan. Pemerintah harus sungguh mempertimbangkan prinsip link and match ini. Bukan hanya untuk menghindar dari keruwetan administrasi ataupun kesumpekan ruang dan waktu, tetapi lebih dari itu adalah manusia sebagai subjek yang dilayani apapun kondisi dan situasinya.
Distorsi sistem berakibat kepada kemacetan suatu program. Berbagai bentuk kebijakan perintah demi kemaslahatan banyak orang akan mengalami kemandulan ketika sistem yang diterapkan mengalami gangguan/distorsi. Gangguan/distorsi sistemik dapat berupa instrument/media yang digunakan. Sering dialami bahwasannya suatu program tertentu mengalami gangguan/distorsi bahkan gegagalan total akibat dari tidak berfungsinya instrument yang diharapkan dapat memperlancar suatu kegiatan tertentu. Untuk jenis distorsi model ini ada kemungkinan dapat diperbaiki. Distorsi sistemik yang berlandaskan skema kepentingan orang perorangan misalkan saja adanya skema kepentingan politik yang dilakoni dalam suatu program akan sangat sulit terurai karena berbenturan dengan wacana demi kemaslahatan banyak orang di satu pihak tetapi dipreteli demi kepentingan kelompok/golongan di pihak yang lain.
Tujuan yang dibungkus dengan kepentingan tertentu demi memertinggi rating akan sangat mudah dilacak dalam geliat program beberapa kelompok/komunitas tertentu. Wacana diskursif yang terus bergeming dalam pemaparan kaum akademisi akhir-akhir ini dikenal dengan istilah TSM(terstruktur, sistematis, massif). Secara kasat mata dapat diketahui bahwa semua yang dilakukan oleh pemerintah misalnya benar-benar demi kepentingan umum, tetapi semua terbungkus dengan apiknya di bawah kepentingan tertentu.
Kejanggalan demi kejanggalan yang ditampilkan dalam beberapa program akhirnya dialami sebagai kurungan TSM. Masyarakat akar rumput yang mengalami dan menjadi target dari katakan proyek TSM telah tersedot ke dalam kerangka kejanggalan yang sebagaian besarnya tidak disadari dan kalaupun disadari terkadang juga dimaklumi saja. Sebagai bagian dari NKRI, kita semestinya terus menjadi partner dalam pengertian tidak saja mengacungkan jempol terhadap beberapa kebijakan pro rakyat dari pemerintah, tetapi juga mengkritisi beberapa kebijakan kontra rakyat. Menjadi pengkritik berarti menempatkan diri sebagai pribadi yang terus mencurigai setiap kebijakan sehingga cara berpikir pemerintah terus berbenah diri dalam setiap programnya. Memberi kritikan kepada pemerintah berarti mencurigai hermeneutikanya. Hermeneutika kebijakan pemerintah berarti cara menafsirkan berbagai tuntutan rakyat dengan beberapa program kerjanya. Setiap program pemerintah demi kemaslahatan banyak orang harus dicurigai sehingga pemerintah terus mereorientasi setiap kebijakannya.
Kecurigaan hermeneutik harus terus diupayakan sebagai bagian dari pertner pemerintah. Cara penafsiran yang sesuai dengan tuntutan dan apa adanya akan dapat berdampak pada terselenggaranya berbagai program yang tidak overleaping di satu pihak dan kebablasan di pihak yang lain. Kecurigaan hermeneutik berurusan terutama dengan respons masyarakat terhadap berbagai program pemerintah. Tendensi utama kecurigaan hermeneutic melekat kepada kewajiban setiap warga negara untuk aktif dalam kehidupan kenegaraan. Memberi kritikan terhadap suatu kebijakan berarti membantu pemerintah menjernihkan berbagai kekaburan yang dianggap memagari kepentingan masyarakat pada umumnya.
Distorsi sistemik yang dialami sebagai bagian dari kejanggalan harus dibantu dengan kecurigaan hermeneutic sehingga pemerintah terus mengupayakan berbagai cara demi menjemput berbagai tuntutan dasar kemasyarakatan karena konsekuensi bernegara dan berbangsa. Amanat UUD 1945 dalam pembukaannya memberi kita petunjuk dan jaminan bahwasannya kehidupan bernegara dengan tujuan yang mulia itu tidak digapai dalam satu nada tunggal tetapi terus menggabungkan berbagai nada dan menghasilkan harmonika bernegara NKRI.
Tinggalkan Komentar