Oleh Vinsensius Nurdin
harus tetap disimpan. verba movent. kata-kata itu menggerakkan. tulisan berikut adalah opini saya di pos kupang sabtu 11 februari 2017.
Sman3borong.sch.id-Kesibukan massa akhir-akhir ini terfokus salah satunya pada dinamika yang terus meletup di tengah terkaparnya peradaban sebagaian keyakinan manusia akan kekuatan bangsa karena tersandera oleh kelompok tertentu dalam sekat-sekat identitas primordialisme-monolitik. Kepasrahan pada kekuatan monolitik menjadi senjata massal yang siap menggempur pluralisme. Warna dalam keanekaragaman melalui manifestasi pergerakan massa dengan identitas monolitik sedang berusaha mengkalim pengakuan universal. Usaha massa dalam ruang publik yang semakin kehilangan pijakkan berpeluang kepada munculnya berbagai gesekkan yang terakumulasi dalam pengelompokan kelas sesuai dengan identitas masing-masing. Manifestasi kekuatan yang terpusat kepada kepentingan identitas kelompok telah membuat garis pembatas antara integrasi bangsa dalam bingkai sejarah dengan passion individu dalam penyatuan organisasi tertentu melalui corong agama atau kepercayaan tertentu.
Tahap sejarah bangsa yang terus bergulir dari kepincangan merumuskan kekuatannya hingga tiba kepada titik yang mendekati logika common sense dalam demokrasi masih tetap terjegal oleh kepentingan sebagaian orang akan identitas yang mencari legitimasi. Warna kebebasan sipil dalam demokrasi dengan membentuk organisasi tertentu telah memberi wadah kepada terkumpulnya aspirasi liar yang merongrong falsafah hidup bangsa. Organisasi massa dalam himpunan kesamaan ideologi dan kepentingan telah dengan caranya sendiri menginterupsi kemapanan bangsa. Ideologi dan kepentingan sektarian seolah sedang berusaha untuk menghunjukkan kekuatan super dan berniat melampaui bangsa dengan menjadikan identitasnya sebagai identitas bangsa. Kemunduran dalam peradaban demokrasi salah satunya ditunjuk dengan menguatnya keinginan untuk berkelompok atau menunjukkan kekuatan yang memperlemah sistematika demokrasi kebangsaan.
Organisasi massa dalam ruang kebebasan ekspresi telah melanggegkan berbagai cara demi mencapai tujuannya dan bahkan dengan berani mejegal kepentingan bangsa yang lebih besar dengan memberi label kepada dirinya sebagai perekat kemanusiaan. Organisasi massa dengan latar belakang kepentingan sektarian telah berusaha meraup keuntungan di tengah berbagai problematika bangsa dengan tawaran yang memberi candu kepada pengikutnya. Organisasi massa dalam bingkai negara kita telah memberi bentuk tertentu terhadap berbagai capaiannya dan itu telah membekas dalam setiap lini kehidupan kebangsaan. Organisasi massa telah memiliki beranda tersendiri bagi perhelatan politik demokrasi bangsa Indonesia.
Organisasi massa dalam politik demokrasi Indonesia telah tercatat dalam sejarah bangsa sebagai kekuatan yang tidak mudah untuk dianggap remeh. Terutama karena modus operani beberapa organisasi massa terbukti membelakangi Pancasila dan berikrar mengganti sesuai dengan ideologi yang dianut oleh kelompoknya sendiri. Biang keladi dari penyatuan manusia dalam suatu organisai dengan bersandar kepada aliran pemahaman tertentu misalnya agama atau kepercayaan telah terbukti memorakporandakan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Pancasila yang sejak awal dijadikan pemersatu dalam kebinekaan merupakan konsensus bangsa dan negara Indonesia . Sebagai pemersatu pluralitas, Pancasila telah disepakati sebagai Philosofische Grondslag. Ini berarti Pancasila telah menjadi pedoman, filsafat, pikiran dan hasrat jiwa seluruh rakyat Indonesia. Dalam berbagai kemelut kebangsaan terutama berbagai tekanan organisasi massa dengan latar belakang kepentingan sektarian, Pancasila harus menjadi penyaring dan penentu kebijakan. Menjadikan Pancasila sebagai sandaran dalam menilai perguliran zaman adalah penting untuk tidak dengan mudahnya rakyat diberdaya dengan idiom ideologi sektarian.
Organisasi massa dalam perhelatan politik demokrasi dengan niat melampaui NKRI menyisahkan kenestapaan bagi bangsa. Saluran politik demokrasi yang dipilih demi kesejahteraan umum dianggap tidak relevan bagi kepentingan sektarian. Organisai massa dengan berbagai sensasinya demi legitimasi adidaya telah melanggengkan cara-cara yang mengangkangi Pancasila. Politik demokrasi yang dianggap sebagai wadah penampung diversitas oleh ormas tertentu menjadi duri dalam daging. Ormas dengan dipayungi oleh agama atau kepercayaan tertentu dengan cara-cara yang tidak bermartabat atau dalam skala global mendistorsi ketertiban umum seolah-oleh ingin mendirikan politik yang beraliran tertentu misalnya teokrasi yang pada galibnya bertentangan sama sekali dengan demokrasi Pancasila.
Politik demokrasi Indonesia sudah hampir mendekati ambang kehancuran, ketika beberapa organisasi massa ditolerir berkonsentrasi pada kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan bangsa dan negara. Di atas fondasi kepentigan individu atau kelompok, organisasi massa mencelakai kebhinekaan kita sebagaimana yang terus dipertahankan hingga hari ini. Organisasi massa dengan dipayungi oleh SARA berpotensi besar kepada disintegrasi. Kekuatan mendalang dukungan dalam berbagai bentuk dengan mengetengahkan logika sektarian menyulut tindakan anarkis.
Organisasi massa dalam politik demokrasi Indonesia akhir-akhir ini dalam berbagai tindakannya berpretensi mencegal keberlakuan sistem kepemerintahan dan melirik kepada sistem tertentu yang dirancang demi keuntungan kelompoknya sendiri. Mengusulkan filosofi SARA untuk diberlakukan dalam sistem kepemerintahan di bawah tekanan tertentu demi efek politik tertentu pula termanifestasi dalam berbagai tindakan yang melanggar hukum maupun etika. Pelaknatan terhadap filosofi bangsa sendiri demi kepentingan SARA adalah kebiadaban. Dalam pusaran yang membingungkan ini terpercik paham akan kegagalan yang dituduhkan kepada beberapa pihak dalam seleberan informasi sesat. Benturan inipun telah mengemanasi idiologi baru dalam politik.
Idiologi baru ini terjelma dalam beberapa bentuk seperti adanya keinginan besar para warga untuk menyatukan kekuatan dalam kelompoknya sendiri. Kekuatan kelompok yang membentuk organisasi massa dengan latar belakang filosofi non Pancasila dalam perhelatan politik demokrasi saat ini memberi keuntungan yang berlipatganda bagi mulusnya tujuan kaum sektarian. Agama menjadi kuda tunggangan dalam organisasi massa tertentu adalah awal dari mundurnya peradaban manusia. Mengatasnamai kebenaran agama sendiri untuk berorasi menentang regulasi commen sense terbukti premature dan menodai agamanya sendiri. Kebenaran agama yang terus dikobarkan di tengah percaturaan politik membuka peluang kepada terjemahan yang tidak dapat dipahami. Paling banter paham itu jatuh kepada ketidakmampuan untuk mengerti kata agama dalam arti kata sebenarnya. Secara literer agama berarti tidak sesat. Setiap kaum beragama yang mengajarkan kesesatan dengan membentuk organisasi massa tertentu dan mendistorsi kepentingan umum melalui tindakan-tindakan anarkis atau tindakan yang melawan hukum dan etika adalah orang-orang yang tidak beragama.
Pilar-pilar bangsa yang sejak awal telah dipikirkan oleh para pendiri bangsa sesunggunya menjadi batu tungku bagi sitematika politik demokrasi Indonsesia. Berbagai usaha dari sekelompok orang untuk meruntuhkan keyakinan sebagai bangsa dalam kebhinekaan menjadikan Pancasila sebagai mediator demi menenangkan ketegangan. Kesaktian Pancasila terbukti benar dalam menilai perguliran zaman bersamaan dengan perhelatan politik anak manusia Indonesia. Pancasila akan terus membentangkan sayapnya untuk memberi pengayoman bagi bangsa dan negara Indonesia. Indonesia akan terus menjadi hebat justeru karena kemampuan anak bangsa menghidupi perbedaan.
Tinggalkan Komentar