Info Sekolah
Monday, 09 Sep 2024
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 3 Borong
23 July 2024

FRAKSI RAKYAT DALAM PEMILIHAN.

Tuesday, 23 July 2024 Kategori : Artikel

ADA KELAS DALAM PEMILIHAN ?

Vinsensius Nurdin

https://sman3borong.sch.id/ Beberapa waktu belakangan ini, media komunikasi kita kembali diguyur oleh pelbagai pemberitaan yang langsung menunjuk kepada beberapa figur yag berkehendak mencalonkan dirinya dalam kompetisi politik tingkat daerah. Ada banyak arahan atau wejangan yang menyertai semua percaturan politik daerah sebagaimana layaknya drama pemilihan pemimpin dalan cangkang demokrasi partisipatif pada umumnya. Beberapa intrik dilakukan dalam keran  gka galangan suara pada kandidat tertentu. Ada pergulatan. Ada peraduan. Ada pertentangan gagasan. Ada pertautan pengaruh. Labirin kontestasi politik seperti ini telah dialami sebagai riak kecil di tengah gelora samudra politik yang menderu.

Jangkauan kita terus menimbang beberapa perbandingan di tingkat bawah yang dalam peristilahan politik modern dikenal dengan kelompok dominan dan dinamai dengan akar rumput. Kelas besar dari pertautan politik ini dalam kesehariannya terus mengasak dan menggesek beberapa cara yang membuat mereka saling mempertautkan jagoannya masing-masing. Dalam pembicaraan lepas melalui perguncingan ringan dan berbarengan dengan pola pembicaraan sederhana, masyarakat akar rumput kita memberi alasan akan keterpesonaan mereka pada figur tertentu. Dalam penataan yang lebih sistematis, sahabat saya Bapak ARNOLDUS ABUR, S.pd berhasil mengelompokkanya ke dalam 3 golongan utama yakni golongan pemilih tradisional, golongan pemilih rasional dan golongan pemilih transaksional. Pembagian dalam kelompok pemilih sebagaimana dibuat oleh Bapak Arnold ini terjadi dalam perbicaraan lepas kami dalam salah satu kesempatan di beranda tamu SMAN 3 BORONG. Pembicaraan lepas itu berhubungan dengan isu santer yang belakangan ini selalu menjadi perguncingan menarik masyarakat pada umumnya. Klasifikasi menarik dari penataan politik akar rumput ini dialami sebagai perwakilan dari keberadaan masyarakat politis pada umumnya, sebagaimana dituturkan oleh pembuatnya.

Saya akan coba menjabarkan klasifikasi ini dalam narasi yang adakalanya saling berbenturan dan berpautan satu dengan yang lainnya. Sebagai bagian dari pengklasifiksian kita tentu akan menatangnya secara berurutan dan kita mulai dengan yang pertama pemilih tradisional. Agak canggung ketika memulai uraian dari kelompok pemilih ini, karena akan menatap langsung kepada kualitas paham pribadi manusia semisal seberapa tahu dan seberapa mampunya orang terhadap sesuatu dan dalam hal ini pemilihan seorang pemimpin. Pernyataan yang langsung kepada kemampuan tertentu pasti secara langsung berpapasan dengan tingkat keterjangkauan mereka terhadap pendidikan. Di sinilah letak kerumitannya. Akan ada banyak orang d iantara kita, saya dan mungkin juga anda, masuk ke dalam kelompok pemilh model ini.  Kerumitannya akan terus diperparah ketika retorikanya berlanjut seperti apa yang dimaksud dengan pendidikan di sini? Kebanyakan dari kita dengan cepat mengurung pengertian kita bahwasannya kelompok tradisional ini adalah masyarakat akar rumput yang kebayakan memilih tanpa mengetahui proses itu di satu sisi dan memilih tanpa memertimbagkan apapun. Kelompok yang rentan terhadap tuduhan negatif ini telah menyumbagkan sebagian besar keberhasilan politik dalam kancah demokrasi partisipatif kita. Kelompok ini telah banyak menyita perhatian beberapa pengamat yang mencoba mencermati tingkah lakunya dalam percaturan politik yang terus mennggeliat dan menapaki jejak-jejak yang sulit diabaikan begitu saja. Efek berlanjut dari perbenturan kelompok ini dialami sebagai nanah yang terus menggelembung dan ledakannya akan menghentakkan nadi politik pada umumnya.  Sebagai tambahan, perlu pula disejajarkan paham pada mana sebagaian besar dari kelompok tradisional ini adalah endapan budaya yang memahami kepemimpinan sebagai figur yang terjadi secara turun-temurun. Menjauhnya paham awali ini membuat mereka secara tidak kasat mata memilih berdasarkan desakan dari pihak lain. Bagi kelompok ini menjadi pemimpin adalah orang yang mampu memberi jaminan kebahagiaan kepada rakyat pada umumnya. Konsep kebahagiaan bermuasal dari cara berpikir ini dan itu juga tampak dalam penerjemahan kata ini yakni dari kata Yunani eudaimonia dan bersalan dari dua kata yakni eu yang berarti kesejahteraan/kebahagiaan dan daimones yang berarti para dewa. [1] penelusuran kelompok tradisional ini menyatakan secara langsung bahwa seorang pemimopin memiliki marwah para dewa sebagai penjamin kebahagiaan atau kesejahteraan kepada masyarakatnya.Kelompok rentan kedua adalah kelas masyarakat rasional. Dominasi dari kelas ini dialami sebagai hasil dari adanya pertimbagan logis orang-orang yang mencoba memetakan alasan dibalik keputusan memilih seorang pemimpin tertentu. Kelompok rasional ini merupakan individu yang mencoba melihat segala sesuatu dari segi rasionalitas. Kami memilih orang ini karena secara logis ia memiliki kapabilitas rasional untuk menyejahterakan rakyat. Menjadi pemimpin bagi kelompok ini adalah suatu capaian yang diperoleh karena keberhasilan dalam membendung kemandekan logika berpikir manusia dan meyakini bahwa keberhasilan seorang pemimpin karena kemampuannya secara rasional mengelola sumber daya manusia. Pemilih rasional adalah orang-orang yang menjadikan pemimpinya sebagai pemikir tulen dan bertindak sesuai daya rasional. Keberhasilan seorang pemimpin karena dipilih oleh orang-orang rasional adalah karena telah berhasil meyesuaian premis-premis logis sebagaimana tuntutan yang ada. Kelas pemilih ketiga adalah kelompok transaksional. Klasifikasi kelompok pemilih dalam kontestasi pemilihan akhirnya menyentuh secara telak kepada kelompok massa yang menjadikan moment ini sebagai ajang automatically take money (ATM). Mendulang dan meraup keuntungan financial telah lama membentuk cara berpikir kelompok ini sehingga pemilihan seorang pemimpin menjadi wahana mencari nafkah. Ada banyak trik yang dilakukan dan dijumpai dalam suatu TSM (terstruktur, sistematis dan massif) dan agak sulit terurai atau teridentifikasi dalam katakana saja ada niat untuk menganggapnya sebagai suatu jenis pelanggaran hukum atau etis. Meski telah banyak bukti dari kasus seperti ini dan telah menjerat beberapa orang, tetapi tetap menjadi nuansa yang tidak mudah ditepis secara serampangan. Kelompok transaksional bahkan secara terang-terangan menyatakan secara verbal ungkapan yang kadang menghenyakan kita sebagai katakana kelompok dalam pesona LUBER JURDIL(jujur dan adil). Bayangkan saja pernyataan profokatif kelompok ini dalam sajadah kalimat seperti: hari gini, tidak ada uang abang ditendang. Deretan anak kalimat provokatif lainnya bisa dijejalkan sedemikian rupa sehingga membentuk dinamika pemilihan sebagai ajang interaksi transaksional.

Uraian yang terus menjalar dan membuahi taman politik kita dengan berbagai intrik yang ada telah diberdayakan secara tak terelakkan dalam persaingan dominasi kekuasaan dengan bingkai dasarnya adalah politik pemilihan pemimpin. Suka ataupun tidak, semua kita terkadang  bersama mendayung dan melampaui niat-niat pribadi untuk terjerembab ke dalamnya. Semakin kita berusaha untuk menjadi pengamat dan sekaligus memproklamirkan diri sebagai salah seorang yang tidak masuk dalam kelompok yang disebut di atas, kita akan justeru semakin teridentifikasi dalam salah satu di antaranya. Energi politik kita kebanyakan tersedot ke dalam kerangka politik kepartaian pada tempat pertama dan berikutnya adalah dinamika partai politik menjelang pemilihan seseorang menjadi pemimpin. Waktu yang tersisa dari riak politik kita yang dalam bentuk kalkulasi matematis bisa ditakar dalam 5% saja adalah saat untuk meyakini bahwa politik kita yang kelihatan adalah settingan semata. Adalah panggung yang dibuat dengan menghadirkan penonton bayaran dan kelihatan sungguh menikmati tetapi termotivasi oleh penyeragaman massa. Saya dan anda tidak akan menyepakati sesuatu tanpa dirembuk dalam intrik personal atau kelompok tertentu.

Saya tidak sedang termotivasi untuk menegasi politik sebagai suatu yang jelek tau menyarankan untuk dihindari. Keterhenyakan saya sekaligus akan menjadi keperihatinan massa bahwasannya kita sebagai manusia dengan daya yang kita miliki berada dalam pusaran ini. Secara eksistensial kita adalah politik. Manusia adalah politik. Zoon politikon sebagaimana didengungkan para filsuf sekelas Plato dan muridnya Aristoteles menyatakan secara tegas adanya kita sebagai makhluk yang memberdayakan hidup demi kehidupan itu sendiri. Dan setiap usaha pemberdayaan hidup dalam bentuk apapun dalam arti yang tegas adalah POLITIK. Politik adalah sarana untuk melayanai sasama dan untuk hal ini Aristoteles memakai istilah KOINONIA TEKNE.[2]

Fraksi masyarakat dalam pemilihan dianggap sebagai hal biasa karena keberlangsungannya bermuasal dari para pihak yang memberi situasi akan kenyataan itu. Pembagian masyarakat dalam kelas-kelas ini melanggengkan keadaban manusia politik dalam partai yang memang mengaggarkan pengkaplingan manusia. Pemilihan pemimpin dalam kaca mata kita sudah terbiasa menyaksikan tontonan massa politik yang terpecah-pecah sesuai dengan keberadaan masyarakat sendiri. Di tengah kenyataan yang ada ini, kita mesti memainkan mesin politik yang ada sebagai dinamika yang terus dibuat dalam statistik nasional di bawah tanggung jawab manusia pancasila.


[1] Bdk.Dr. Nico Syukur Dister OFM, Filsafat kebebasan, Yogyakarta: Kanisius,1988,hal.16

[2] Dalam tataran etimologis paham Aristoteles tentang politik sangat sesuai dengan kandungan maknanya. Kata politik berasal dari bahasa Yunani dari kata polis yang berarti masyarakat/public/kota dan taia yang berarti urusan/kepentingan. Arti etimoligis kata politk ini yang rujukan utamanya pada urusan atau kepentingan yang sifatnya umum/masyarakat pada umumnya (bdk. Webster’s New World Dictionary, Simon & Schuter, Inc., 1982, hal.144-145)

No Comments

Tinggalkan Komentar

 

Agenda

23
Jul 2023
waktu : 08:00
23
Jul 2023
waktu : 08:30
08
Aug 2022

Info Sekolah

SMAN 3 BORONG

NSPN : 50309258
JAWANG, Golo Kantar, Kec. Borong, Kab. Manggarai Timur Prov. Nusa Tenggara Timur
TELEPON 082145071833
EMAIL smantigaborong@gmail.com
WHATSAPP +62-82145071833